Jumat, 26 November 2010

APAKAH YANG ANDA KETAHUI TENTANG SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ???

SURVEILANS

Surveilans adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta diseminasi informasi tepat waktu kepada pihakpihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

Kenapa sih kita harus melakukan surveilans???  

  • Beban penyakit (burden of disease) tinggi, sehingga merupakan masalah penting bagi kesehatan masyarakat.
  • Terdapat tindakan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
  • Data relevan mudah diperoleh.
  • Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan ( pertimbangan efisiensi).


Apa tujuannya???
  1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak/wabah)
  1. Memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian penyakit.
  1. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.
  2. Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.
  1. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.



DEMAM BERDARAH DENGUE

Apa sih DBD itu???
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.
Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun. Sebenarnya saat kita terkena infeksi dengue, tubuh akan memproduksi kekebalan terhadap tipe virus dengue tersebut, kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup. Sayangnya, demam dengue disebabkan oleh banyak strain atau tipe virus sehingga walaupun kita kebal terhadap salah satu tipe namun kita masih dapat menderita demam dengue dari tipe virus yang lain.
Selama nyamuk aides aigypti tidak terkontaminasi virus dengue maka gigitan nyamuk dbd tersebut tidak berbahaya. Jika nyamuk tersebut menghisap darah penderita dbd maka nyamuk menjadi berbahaya karena bisa menularkan virus dengue yang mematikan. Untuk itu perlu pengendalian nyamuk jenis aedes aegypti agar virus dengue tidak menular dari orang yang satu ke orang yang lain
Gejala apa sajakah yang timbul pada saat terserang Penyakit Demam Berdarah Dengue / DBD ini???
Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
  1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
  2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
  3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
  4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
  5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
  6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
  7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
  8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
  9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
  10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Orang yang terindikasi terserang demam berdarah harus secepatnya diberi pertolongan medis, dengan dibawa ke puskesmas, dokter atau rumah sakit untuk diobati. Terlambat memberi pertolongan pada penderita dbd dapat menyebabkan penderita meninggal dunia.
Bagaimana Sih Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue ???
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
Bagaimana sih cara mencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue???
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
  1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
  2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
  3. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
  4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Terusssssss,,,,gimana cara mengobati Penyakit Demam Berdarah Dengue???
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
  • Paracetamol membantu menurunkan demam
  • Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
  • Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder

Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Sistem surveilans DBD adalah pengamatan mengenai penyakit DBD meliputi kegiatan pencatatan, pengolahan dan penyajian data.

METODE

Objek penelitia ini adalah sistem surveilans DBD yang berada pada dinas kesehatan setempat. Sebagai subjek penelitinya adalah petugas pengelola data pada seksi pencegahan dan pemberantasan penykit yang bersumber dari binatang di Dinas Kesehatan setempat.
Data tersebut diperoleh dengan cara wawancara pada pengelola data penyakit DBD dan observasi pada sistem surveilans DBD saat ini.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah, yang antara lain :
  1. Survey
  2. Analisa sistem
  3. Desain, mengimplementasikan model yang diinginkan pemakai
  4. Implementasi, mempresentasikan hasil desain ke dalam pemrograman
  5. Uji coba desain
  6. Testing akhir
  7. Deskripsi prosedur
  8. Konversi database
  9. Instalasi


PEMBAHASAN

Untuk mengetahui berapa jumlah penderita kasus DBD, dilakukan pengumpulan data dalam suatu wilayah tersebut. Pendataan dilakukan secara individu dengan wawancara atau observasi. Kemudian data dicatat berdasarkan umur, jenis kelamin, riwayat terjangkit penyakit, dsb. Apabila dengan menggunakan sistem wawancara dirasa belum cukup, pengumpulan data bisa diperoleh dari misalnya laporan rumah sakit atau puskesmas.
Laporan tersebut kemudian dikumpulkan kepada Dinas Kesehatan Kota dalam periode tertentu, misalnya 1 bulan. Kemudian dilakukan tindak lanjut dengan penyelidikan epidemiologi (PE) untuk mengetahui sumber penyakit DBD serta penyabarannya.
Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147 meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat (5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527 kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal), Sumatera Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20 meninggal), ujar Prof. Tjandra.

Beberapa provinsi yang mengalami peningkatan kasus dibandingakan tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Papua.

Korban akibat DDB diperkirakan terus bertambah terutama pasca banjir, pergantian musim, dan pada waktu curah hujan jarang terjadi dimana banyak penampungan air seperti vas bunga, tendon air/ water toren, bak mandi, tempayan serta ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dan sebagainya yang dekat dengan lingkungan pemukiman penduduk tidak dibersihkan, sehingga menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti penular DBD.

Tindak  yang kemudian dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat, untuk pencegahan penyakit DBD biasanya adalah fogging.

Pelaksanaan fogging juga tidak sembarangan dilakukan. Hanya dilakukan di daerah yang terpapar kasus DBD saja. Sedangkan daerah yang tidak terpapar resiko DBD, tidak dilakukan fogging. Hal ini untuk meminimalisir pembiayaan dan resiko terjadinya kasus yang lain. Misalnya, apabila dilakukan di daerah terpapar, maka penggunaannya tepat karena untuk memberantas nyamuk. Sedangkan apabila di daerah bebas terpapar, apabila dilakukan fogging, dikhawatirkan warga atau penduduk, tanaman, serta ternak mereka  akan mengalami keracunan atau gangguan lain akibat bahan kimia dari fogging tersebut.
Fogging hanya berguna untuk memberantas nyamuk-nyamuk dewasa saja. sedangkan telur-telur nyamuk (pupa) tidak dapat diberantas dengan fogging. Karena telur nyamuk berada di dalam air. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan abate yang dimasukkan ke dalam bak penampungan air untuk membunuh telur-telur nyamuk. Sehingga pertumbuhan nyamuk dapat terputus.
Partisipasi masyarakat sangat mempunyai andil besar untuk mensukseskan pelaksanaan sistem informasi surveilans DBD ini. Namun terkadang petugas mengalami kesulitan, karena tidak sedikit masyarakat yang susah bahkan tidak mau berpartisipasi dengan alasan tertentu.
Hambatan lain yang sering ditemui adalah terkendala sumber daya manusia. Selain itu, kurangnya kemampuan laboratorium. Karena belum semua puskesmas mempunyai kemampuan untuk malakukan diagnosa DBD secara akurat berdasarkan laboratorium. Ditambah dengan sarana dan prasarana yang masih terbatas menyebabkan kemampuan untuk mendeteksi penyakit  DBD secara dini menjadi rendah, sehingga memperlambat penanganannya.

NAMA    :    LAELY MUSTIKA DEWI
NIM        :    E2A009168
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO

APAKAH ANDA MENGETAHUI SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

https://docs.google.com/document/pub?id=10zhpZDVf9LiAkJa3Pinq0areYfqGHhny76ZRH6yMc40